Wednesday, June 12, 2013

Lemon Peace Part 1

Hello Minna-san,,
Ths is My Series Story, I call this "Lemon-Peace"
I hope You can enjoy it !!!

Yuuta??

  
“coklat itu manis.” Sambil tersenyum menatapku.
“jadilah semanis coklat, dan banyak disukai orang !”

   Nasehat itu, nasehat dari ayahku yang sampai sekarang masih ku ingat. Karena kata- katanyalah aku sekarang tumbuh menjadi gadis yang ceria. Sekarang tanggal 27 Mei 2013, bertepatan dengan hari meninggalnya orang tuaku. Kecelakaan maut sekitar 17 tahun yang lalu, merenggut nyawa kedua orang tuaku, dan hanya satu orang yang selamat, yaitu AKU !

“apa resep barumu hari ini kirin?” tanya Rin.

“mmm... mungkin funcakes, lebih mirip dengan cupcake” jawabku sambil membawa buku resep kue ku.

“wah.. aku ingin menjadi orang pertama yang mencicipi cake mu ya ! karena moodku hari ini tidak enak,!”dengan muka cemberut.

“kenapa dengan lim? Kalian bertengkar lagi?” tanyaku sambil tersenyum dan merangkul pundaknya.

“haah... di otaknya itu hanya ada kamu rin, aku bosan setiap saat harus menjawab pertanyaannya tentangmu !” jawabnya kesal.

“ya mau bagaimana lagi, itulah resiko berteman dengan aku yang cantik ini !” ledekku.

“kau ini ! haiisshh !” dengan tangannya yang sembari menjitakku

“ya sudah aku ada kelas, aku akan menelfonmu nanti. Bye !”
Ucap Rin sambil melambaikan tangan.
 
“hmm.. hati- hati!” teriakku.

   Hari ini banyak rencana yang aku persiapkan. Pertama aku akan mengantar kue tart yang telah di pesan oleh gadis cantik apartemen mewah itu. Setelah itu aku akan pergi ke taman kanak- kanak untuk membagikan pink cupcakes. Setelah itu jam sembilan nanti aku ada kelas, so aku akan ke sekolah. Sepulang sekolah aku akan pergi ketoko bunga untuk membeli bunga krisan, bunga kesukaan ibuku. Dan yang terakhir, aku akan mengunjungi ayah dan ibu.

###

           
all we need is forever love tonight
   i bami gamyeon neujeobeoryeoyo....
    urideurui sarangeun aju keodaran gijeogeul mandeuljyo
nae apeseon geudaeui du nuneul barabomyeon
nae mameun tteugeopge taoreujyo
nan baraeyo sesangui modeun sarangi gadeukhagil”

I believe in love, lagu yang sangat indah. Karena lagu itu mengajarkan kita untuk saling berbagi dengan mereka yang kurang mampu.Hmmm.... aku teringat ayahku yang bercita- cita untuk membagikan kue buatannya kepada anak- anak. Namun karena kecelakaan itu, ayah tidak bisa mewujudkan keinginannya, karena itulah didalam semua catatan rencanaku selalu ada “cakes untuk anak- anak”.

“permisi ! permisi !” teriakku di depan sebuah kamar apartemen.

“kenapa tidak ada orang? Benarkan ini kamar 180?” tanyaku pada diriku sendiri.
   
  Aku heran, dikertas yang kubawa jelas 180, namun... ya sudahlah mungkin sebaiknya aku bertanya pada trailer dibawah.
Fikiranku menemani langkah kakiku meninggalkan muka kamar 180 itu, namun tiba- tiba........

“Krek......” suara pintu yang terbuka.

“Ada apa?”  terdengar suara seorang laki- laki, aku pun segera menoleh ke arah suara tersebut.

“Mmm... permisi, saya ingin mengantar kue tart ini, kemarin gadis yang tinggal di kamar ini yang memesan.” jelasku.

“Apa kamu sedang mimpi?” jawab laki- laki yang terlihat sebaya denganku.

“Ha?!” jawabku bingung.

“Dari seminggu yang lalu aku sudah di kamar ini, dan aku hanya tinggal sendiri, mana mungkin ada gadis memesan itu!” jawabnya angkuh.

“Benarkah? Tapi.... aneh, disini jelas tertulis 180, mana mungkin aku salah.” Aku menjelaskan.

“Apa kau tidak percaya? Ya sudahlah, lebih baik kau pergi saja, aku juga ingin istirahat!” jawabnya ketus, namun sebelum pintu itu tertutup terdengar suara teriakan.

“Kakak !” suara lembut seorang gadis, yang membuat aku dan laki- laki itu menoleh padanya.

“Maaf ya, sudah merepotkanmu.” sapanya padaku.

“Apa? O.... tidak apa- apa”sahutku.

“Kakak, ini kue untukmu, aku sengaja mempersiapkannya untukmu, karena hari ini ulang tahunmu, Selamat ulang tahun!” ucap gadis itu sambil tersenyum, terlihat dari wajahnya, jika dia sangat menyukai laki- laki angkuh ini, namun...
             
“Makan saja kue itu, aku tidak mau! Permisi!” jawab laki- laki itu singkat, lalu pintu tertutup begitu saja.

  Tiba- tiba gadis itupun menangis didepanku, sambil memberikan kue itu kepadaku, dan kemudian dia berlari keluar. Fikiranku pun berantakan. Aku harus marah atau hanya membiarkannya karena ini bukan urusanku, dan akupun tidak tahu apa- apa. Namun hatiku.......

“Dasar laki- laki !” geramku dalam hati.
           
“Tok..tok..! tok..tok..!” ketukku.
           
“Ada apa!”  Jawab laki- laki itu.
           
“Ini, kue mu.” Jawabku, sambil menyodorkan kue tart yang tadi.
           
“Makan saja aku tidak ingin, ! kalau kau tidak mau memakannya, beri saja pada orang lain!”  Jawabnya yang kemudian menutup pintu lagi.

“Apa?! Rupanya kau perlu diberi pelajaran ya? Baik..!” ucapku bisik.
“Brok..brok..brok..!” suara ketukan ku yang mengeras, karena disertai rasa jengkel di hatiku.

“kreek.... ada apa la....................................”
           
“Plok !” suara kue tart yang mendarat pada wajahnya.
           
“Maaf  tuan, tapi tolong terima kue ini, karena kue ini lambang dari kasih sayang seseorang, apa anda tidak punya perasaan, jangan seenaknya anda buang kue ini. Aku paling benci melihat laki- laki seperti anda, yang hanya bisa meremehkan orang lain!” ucapku dengan nada yang tertekan, karena menahan marah.
           
“Maaf lagi, jika kamu merasa tersinggung, tapi menurutku kamu harus mencicipi kue ku ini, lebih pantasnya kue dari gadis tadi. Karena dia tulus ingin memberikan ini padamu!” ucapku kesal.

  Tanpa fikir panjang, aku pun langsung pergi meninggalkan laki- laki yang wajahnya masih berlumuran kue tart.
Betapa menyebalkannya hari ini, kenapa aku harus melihat hal seperti tadi, dasar laki- laki tidak peka sama sekali dengan perasaan seorang perempuan.

###

“haaah... kue sudah dibagi, kelas ku sudah selesai. Sekarang yang terakhir... ibu tunggu aku..”

  Jalan yang sedikit berkelok ke arah pemakaman orang tuaku. Sambil membawa bunga krisan kesuakaan ibu, sambil mendengarkan musik kesukaanku, aku mengayuh sepeda terus dan terus.... sampai akhirnya terlihat hamparan batu nisan.

“hai ibu.. ayah...! apa kabar? Aku harap kalian baik, aku juga baik disini, sangat baik, apa kalian tahu? Banyak cerita dan kejadian- kejadian yang aku alami hari ini.  Rasanya ada yang aneh. Aku juga tidak tahu apa itu.. haha... ya sudahlah, mungkin lebih baik kubersihkan rumah kalian ini, iya kan?” ucapku sambil mengusap air mata.

  Gundukan yang tadi hanya ditumbuhi oleh rumput liar, sekarang telah tertutup dengan warna warni bunga dan hiasan Krisantium.
Tidak terasa hari sudah sore, matahari pun sudah menyembunyikan wajahnya.
Aku langsung bergegas menggiring sepedaku, menaikinnya menjauh dari ketenangan sore itu.

“kirin, kirin, Cepatlah...!! kau harus melihat ini.” Teriak Rin.
           
“Ada apa Rin? Apa ada konser Suju lagi, sampai kau terlihat histeris seperti ini” ejekku ringan.
           
“bukan, tapi lihat didaftar kelas kesenian kita yang terbaru, ini lihat *Ra-i-no Yu-u-ta*!” jawab temanku sambil menunjukkan daftar nama kelas baru kami.
           
“memang kenapa dengan nama itu? Tidak ada yang aneh kan?” ketusku.
           
“Aigoooo... kirin-chan, kamu tidak tahu dia siapa?” ucap Rin sedikit jengkel.
           
“Tidak tahu... siapa dia?” tanya ku.
           
“Ra-i-no Yu-u-ta, laki- laki tampan, dari keluarga yang terpandang, keluarga pendesain terkenal !!” terang Rin.
“Pendesain? Desain apa?” tanya ku penasaran.
           
“Desain Gaun !!!!” Teriak Rin di telingaku.
           
“Haiiiss... tidak bisa bicara pelan saja, telinga ku bisa rusak karena mendengar suara kaleng mu itu Rin!” ucapku jengkel.
           
“Haaaah... sudahlah!!, memang sulit bicara pada orang seperti mu, yang tidak pernah memikirkan tentang Pacar, bahkan memikirkan laki- laki saja tidak pernah, hanya kue,kue, dan kue.” Ucap Rin sembari meninggalkan ku di Ruang Tengah.

  Kalau dipikir- pikir, memang benar aku tidak pernah memikirkan laki- laki, karena yang ada dipikiran ku hanyalah kue, ibu, ayah, dan sekolah. Wajar, karena saat orang tuaku meninggal, aku sudah berumur 6 tahun, umur itu sudah cukup untuk menyadari akan sakitnya di tinggal oleh orang yang sangat kita cinta. Selama 13 tahun, ku lalui hari- hari ku bersama bibik ku.
Saat itu tidak hanya aku yang dirawat oleh bibik, tapi ada seorang anak laki- laki yang usianya sebaya dengan ku, namun hidup lama di dunia bukanlah takdir  anak laki- laki itu, karena saat itu, sebuah mobil sedan merah telah berhasil merenggut nyawanya.

  Aku tidak tahu siapa namanya, karena kami berjanji tidak akan saling memberitahu nama kami, sebelum kami berteman akrab. Saat itu yang kutahu, hanyalah *Yoh, itulah panggilan yang aku gunakan untuk memanggilnya, sedangkan dia memanggilku *Mei, karena itu adalah nama Bulan dimana kami pertama kali bertemu.

“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing....!!!!” suara weker terdengar nyaring dari kamar Rin.
“Waaaaaaaaaaaaaa....!! aku telaaaaaaaat!!!teriak Rin sambil berlari ke kamar mandi.

###

“Kirin ! kenapa kau tidak membangunkan aku? Kau ini jahat sekali!” triaknya pada ku.

“lagi pula untuk apa aku membangunkanmu, memang kau akan pergi kemana hari ini?” lirikku.

“Kau ini bagaimana?! Tentu saja hari ini aku akan pergi sekolah,!!” jawab Rin dengan penuh
semangat.

“Sekolah? Sejak kapan hari Minggu masuk sekolah Rin?” ucapku sambil membawa gelas ke wastafel.

“aigooo... kau tidak tahu, kalau sekarang adalah hari pengambilan nomor bangku untuk kelas!” jawab Rin

“ummm... ya sudah, kalau kau akan berangkat, jangan lupa kunci pintu, and take care” ucapku meninggalkan Rin yang sedang membuat Breakfast nya.

“Kau tidak datang ke sekolah Kirin?” tanya Rin.

“Tidaaaaaaaak !! aku ingin jalan- jalan ditaman saja” jawabku.

“hah ! Dasar Kirin ! Baiklah, aku akan mengambilkan nomor untukmu !!” balas Rin.

###


Yoss !! sampai disini dulu ya.....
                                                   tunggu Lemon Peace Part 2, tetap Stay ya penontooon... :D
 

and as usual Keep Faitoo guys.. :D


By : Mooru_chan

 

Wednesday, June 5, 2013

Autum's Letter

can-can....
okey.. this is my story, 
I make this when I was at Senior High School with Arka Syuhada...
Happy reading Minna-San!!!

AUTUMN’S LETTER
              “Nara! Ayo !!”
              “Oppa! Tunggu, aku sudah lelah, tak bisakah kita istirahat ?” Keluh gadis kecil.
              Matahari bersinar terang menemani langkah mungil dan canda manis mereka, daun-daun yang berguguran menghias di sekeliling mereka.
              “Hem, sejuknya ... apa yang ingin kau tanyakan padaku?”
              “Oppa! Ku dengar berita tentangmu, hal ini membuat aku sedih, apa kau akan pindah ke Korea?”
              “Sepertinya begitu, aku harus ikut dengan Appa.”
              “Tak bisakah kau mengerti sejenak?” Raut sedih gadis kecil berwajah oval.
              “Percayakan semua pada janji dan hati kita” Senyum anak laki-laki berkaca mata.
              Burung-burung mungil bercanda riang menghias langit, hangatnya angin menembus tubuh dengan kelembutannya.
              Excuse me miss! We alredy arrive in korea!” Ucap pramugari.
              Oh.. Thank you” Jawab gadis berambut panjang.
              Hiruk-pikuk keramaian Seoul airport mengantar kebingungan mahasiswi cantik indonesia atas segala mimpi yang selalu ia alami, dengan memegang foto kenangannya ia berjalan pasti menuju suatu tempat.
JJJ
              Bunga-bunga bermekaran menjadi pemandangan indah disetiap jalan, sihir alam merasuk pelan dalam hati tiap pejalan kaki. Udara sejuk pegunungan mengiringi perjalanan mahasiswi S2 berwajah Asia. Senyuman manis, raut semangat penuh harap selalu tergambar.
              Sapaan ramah para penduduk berbaur indah dengan canda riang malaikat kecil. Senyum manis bagai pemandangan utama dalam sudut desa.
              Tok!....... tok!........tok!” Bunyi pintu rumah kecil.
              Angin berhembus lembut diiringi guguran daun yang terhempas.Tatapan mata dua gadis saling berkelebat dalam sejuknya udara.
              Eoni! Kau……” Terheran gadis bertubuh tinggi.
              Annyeonghaseyo!”Sapa manis gadis berambut lurus.
              “Kau sudah pulang, sudah lama aku merindukanmu.” Ucap sang gadis sembari memeluk Nara.
              “Wah aku merasa terharu dirindukan oleh si jelek. Ayo kita masuk sudah cukup lelah diriku dalam perjalanan berkeliling dunia.”
JJJ
              Pantulan sinar bulan menembus tipisnya udara malam. Gemerlapan bintang terbalut indah dalam naungan sang langit. Suara rintikan hujan terdengar layaknya melodi indah sang malam.
              Eoni bagaimana keadaan keluarga di sana ? Apakah ada salam manis dari bibi untukku ?”
              “Tentu bibi selalu titip salam terhadap anak manja seperti dirimu.”
              Hem, aku rindu dengan ejekan manismu, bagaimana dengan pertanyaanku yang pertama ?”
              “Hem, keluarga disana tetap seperti sediakala tapi kebahagiaan disana lebih lengkap setelah kepulangan paman dari Jepang.”
              Wah,senang rasanya mendengar kabar baik itu, semoga esok giliranku merasakanya. Baiklah waktu sudah malam sebaiknya kita istirahat aku tahu kau mempunyai banyak tugas setelah liburanmu.”
JJJ
              Mentari pagi terbit membawa segala harap para pemimpi. Jalan-jalan kota mulai terpenuhi oleh jejak langkah para penuduk. Suara-suara gemuruh mesin-mesin bersahutan seakan harmoni. Terlihat gedung besar dengan taman indah di depannya. Banyak para mahasiswa hilir mudik membawa sekumpulan buku ajaib pemenuh fikiran. Di sisi sudut taman terlihat pria berkaca mata meniup harmonika dengan merdu, suara merdu itu membuat burung-burung termanggut-manggut mendengarnya. Tiba-tiba suara merdu itu terhenti dan burung-burung merpati berterbangan jauh.
              Annyeonghaseyo!Mwohagoisseumnika?
              “Oh.. pagi ini terlihat indah, aku ingin menikmatinya dengan iringan merdu suara harmonica ini.”
              “Kau orang Indonesia?Wah..akukira……”
              Waktu berjalan dengan lamban dan pasti, deru angin dan tanaman-tanaman indah menemani perbincangan mereka. Tanpa sengaja Nara melihat cincin yang sangat dia kenal pada jari laki-laki itu. Ingin rasanya ia bertanya namun fikirannya selalu memberikan logika ketidak mungkinan. Tak terasa perbincangan itupun terputus dengan panggilan waktu.
              “wah..! aku terlambat, maaf tuan aku harus pergi sekarang. Permisi. Joheunharudoeseyo !!
JJJ
              Tak terasa waktu telah berjalan begitu cepat dan musim telah silih berganti. Dedaunan telah berguguran dan langit sudah berubah menjadi jingga setiap terlihat. Suasana berubah dan sangat berbeda, taman yang biasa dipenuhi oleh merpati putih dan suara harmonika sekarang menghilang. Rasa penasaran yang ada pada diri Nara berkecamuk hebat dan terkadang membuat rasionya tak mapu untuk berfikir. Tiba-tiba suara dentingan bel merambat semakin dekat padanya dan mengkaburkan fikirannya.
              “Kring...kring....kring....!!”
              Ah Shin ! kau mengagetkanku !”
              “Benarkah? Mianhe. Kau sedang menuggu seseorang ?”
              “Aku ! Bagaimana kau tahu?”
              “Ayo ikut aku !” Dengan raut serius.
              Dengan rasa penasaran Nara mengikuti Ryu Shin. Tiba-tiba pandangan mata gadis itu menjadi pucat pasi, dia dihadapkan dengan pemandangan gundukan tanah dengan bunga lili diatasnya. Jantungnya semakin terasa lemah ketika dia dihadapkanpada sebuah makam.
              “Kenapa kau mengajakku ke sini ?”
              “Kau harus mengetahui sebuah kebenaran.” Sambil menyodorkan secarik kertas.

Dear : yooja ku
Mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah tidak merasakan dinginnya musim gugur, namun itu tak membuatku sedih, karena bisa melihatmu setiap pagi adalah hal terimdah dan menyenangkan dalam hidupku. Nara, maafkan aku yang tidak bisa menepati janjiku, mungkin saat ini kau kesal padaku, namun aku tak dapat menentang takdir, dan cincin mungil yang kau berikan padaku sepuluh tahun yang lalu ku kembalikan padamu. Terimakasih atas semua yang telah kau berikan untukku. Mungkin kau sudah tahu tentang penyakit yang kuderita, namun separah apapun rasa sakit ini menggerogoti tubuhku, senyuman dan tawa yoojaku lah yang membuatku kuat. Jika nanti aku memang harus pergi menghadap-Nya aku harap kau tak menangisi kepergianku. Ini hanya masalah waktu dan takdir, karena setiap manusia pasti akan kembali pada-Nya suatu saat nanti. Satu yang perlu kau ingat, meski nanti kita akan terpisah jauh tapi aku akan tetap menjaga dan memperhatikanmu dari sini. Kaupun bias tetap melihatku sebagai salah satu bintang yang akan bersinar paling terang dilangit malam.
Mianhaeyo Nara……

              Tiba-tiba burung-burung merpati berterbangan di langit jingga. Nara tersimpuh lemah di hadapan makam, tangisan tipis mengalir di pipi lembutnya. Udara dingin yang terhempas terasa dingin disertai suara lembut yang terucap dari seorang gadis……..
              Oppa !Annyeonghi jumuseyo……..!”
THE END